Hal yang Harus Diketahui Tentang Bulan Muharram (Suro)

Sejarah

بسم الله الرحمن الرحيم

Bulan Muharram di mata sebagian generas imuda muslim kita mungkin yang akan tergambar dalam benak mereka adalah adanya peringatan tahun baru Hijriyah sebagaimana juga terjadi perayaan tahun baru Masehi, maka sebagian mereka saling mengucapkan selamat tahun baru Hijri dan ada pula yang menyelenggarakan acara-acara tertentu berkaitan dengandatangnya bulan Muharram.

Sedangkan dalam kepercayaan generasi bapak-bapak, kakek dan nenek moyang kita mereka takut untuk menyelenggarakan hajatan di bulan Muharram atau disebut juga bulan Suro, sehingga sangat jarang dijumpai catatan nikah di KUA di bulan Suro. Dinamakan bulan Suro mungkin karena di dalamnya ada syariat puasa di hari ke-10 atau disebut dengan puasa ‘Asyura,

Lalu sebenarnya seperti apa sih kedudukan bulan Muharram dalam syari’at Islam? Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu kita ketahui sebagai seorang muslim tentang bulan Muharram. Semoga dengan mengetahuinya kita dapat menggapai pahala yang besar dan terhindar dari jatuh kedalam dosa-dosa disebabkan oleh kebodohan kita terhadap syari’at.

  1. Bulan Muharram adalah salah satu bulan yang diagungkan dalam Islam.

Sesungguhnya Alloh ‘Azza wa Jalla telah menetapkan jumlah bilangan bulan dalam satu tahun ada 12 bulan, dan menetapkan adanya 4 bulan yang memiliki keistimewaan/kehormatan diantara bulan-bulan yang lainnya.

Hal tersebut Alloh sebutkan dalam QS At Taubah ayat 36 :

Artinya :“ Sesungguhnya jumlah bilangan bulan menurut Alloh adalah dua belas bulan, sebagaimana ketetapan Alloh ketika menciptakan langit-langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram. Itulah ( ketetapan ) diin yang lurus, maka janganlah kalian mendzalimi diri kalian di bulan-bulan tersebut.”. QS At Taubah : 36.

Dua belas bulan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah 12 bulan menurut penanggalan Hijriyah, yaitu :

  1. Muharram
  2. Safar
  3. Rabi’ul Awwal
  4. Rabi’ul Akhir
  5. Jumadil Awwal
  6. Jumadil Akhir
  7. Rajab
  8. Sya’ban
  9. Ramadhan
  10. Syawwal
  11. Dzulqa’dah
  12. Dzulhijjah

Adapun empat bulan haram yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah 3 bulan hijriyah yang berturut turut, yaitu : Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, serta satu bulan lagi yaitu bulan Rajab.

Rosulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

عَنْأبيبَكْرٍة،عَنْالنبيصلىاللهعليهوسلم،قال: ” الزًّمَانُقَدْاسْتَدَارَكَهَيْئَةِيَوْمِخَلَقَالسَّمِوَاتِوَالأَرْضَ،السَّنَةُاثْنَاعَشَرَشَهْراًمِنْهَاأَرْبَعَةٌحُرُمٌ: ثَلاثَةٌمُتَوَالِيَاتٌ: ذُوالقَعْدَةِ،وذُوالحِجَّةِ،والمحرًّمُ،ورَجَبمُضَرُ،الذِيبَيْنَجُمَادىوشَعْبَانَ،. رواه البخاري 4406

Artinya :Dari Abu Bakrah ( semoga Alloh meridhainya ) dari Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “ Sesungguhnya waktu itu berputar seperti keadaan di hari ketika Alloh menciptakan langit-langit dan bumi, dalam satu tahun ada dua belas bulan, diantaranya ada empat bulan yang diharamkan ; Tiga bulan diantaranya berturut-turut yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan bulan Rajab yaitu bulan mudhar yang terletak antara bulan Jumadil Akhir dan Sya’ban. HR Bukhari : 4406.

  1. Jenis keharaman yang diharamkan di bulan-bulan yang haram.

Keharaman yang dimaksud dalam empat bulan tersebut adalah segala perbuatan dosa dan kedzaliman baik bersifat pribadi maupun dalam bentuk mu’amalah antar sesama muslim, termasuk juga didalamnya peperangan.

Alloh Ta’ala berfirman dalam QS Al Baqoroh :

Artinya :  Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah : “Peperangan dalam bulan itu adalah dosa besar, dan menghalangi orang dari jalan Alloh dan merupakan bentuk kekufuran kepada Alloh dan (menghalangi manusia dari ) Masjidil Haram.” QS Al Baqoroh : 217

Rosulullah shallallohu ‘alaihi wasallam berkhutbah pada hari Idul Adha (bulan Dzulhijjah):

” فَإنَّدِمَاءَكُمْوَأَمْوَالَكُمْ، – قَالَمُحَمَّدٌ: وَأَحْسبُهُقَالَ–وَأَعْرَاضُكُمْعَلَيْكُمْحَرَامٌ،كَحُرْمَةِيَوْمِكُمْهَذَافيبلدِكُمْهَذَا،فيشَهْرِكُمْهَذَا” رواه البخاري 4406

Artinya :“ Sesungguhnya darah kalian dan harta kalian dan kehormatan diantara kalian haram sebagaimana haramnya hari ini di tanah haram ini dan di bulan haram ini.” HR Bukhari 4406.

Maksud dari haramnya darah kaum muslimin adalah haramnya menumpahkan darah (berperang ) dan yang semisalnya, haramnya harta orang lain untuk diambil tanpa keridhoan pemiliknya, dan haram merusak kehormatan sesama muslim dengan menyebarkan aibnya, menjelek-jelekkannya, membuat fitnah yang keji dll.

Imam Ibnu Jarir At Thobari juga menyebutkan dalam tafsirnya perkataan Ibnu zaid ketika menafsirkan bentuk kedzaliman dalam QS At Taubah ayat 36 :

قَالَابْنَزَيْدٍفيقَوْلِهِ: (فَلاَتُظْلَمُوافِيهِنّأَنْفُسَكُمْ) ،قَالَ: الظُلْمُالعَمَلُبِمَعَاصِياللهِ،والتَّرْكُلِطَاعَتِه.

Artinya :  Berkata Ibnu Zaid dalam menafsirkan ayat ( Janganlah kalian mendzalimi diri kalian di bulan-bulan haram) : “ Yaitu kedzaliman dalam bentuk maksiat kepada Alloh ta’ala dan meninggalkan perintah-Nya “.  Tafsir Jami’ul Bayan 14/238.

Hendaknya jangan disalah-pahami larangan berbuat dzalim di bulan-bulan tersebut seolah di bulan-bulan selainnya kita boleh mengerjakan dosa, maknanya tidaklah demikian, akan tetapi maksud dari larangan ini adalah karena besarnya kehormatan bulan-bulan yang haram tersebut.

  1. Pahala dan dosa akan dilipat-gandakan.

Karena demikian besarnya kehormatan bulan yang haram hingga setiap perbuatan dzalim yang dikerjakan pada bulan tersebut akan dilipat-gandakan adzabnya dan sebaliknya amal kebaikan yang dikerjakan pada bulan-bulan tersebut juga akan dilipat-gandakan pahalanya.

Imam Baihaqi menyebutkan dalam kitabnya Syu’abul Imanperkataan Ibnu Abbas dalam menafsirkan QS At Taubah ayat 36  :

عَنْ ابْنِ عَبّاسٍ قَالَ: ” لاتَظْلِمُواأَنْفُسَكُمْفِيكُلِّهِنَّ،ثُمَّاخْتَصَّمِنْذَلِكَأَرْبَعَةَأَشْهُرٍفَجَعَلَهُنَّحَرَمًا،وَعَظَّمَحُرُمَاتِهِنَّ،وَجَعَلَالذَّنْبَفِيهِنَّأَعْظَمَ،وَالْعَمَلَالصَّالِحَبِالْأَجْرِأَعْظَمَ “. شعب الإيمان 5/340

Artinya : “Janganlah kalian mendzalimi diri kalian di bulan-bulan yg dua belas tersebut seluruhnya, kemudian Alloh mengkhususkan dari dua belas bulan tersebut empat bulan dan menjadikannya bulan yang haram, dan mengagungkan kehormatannya, dan Alloh menjadikan perbuatan dzalim yang dilakukan didalam empat bulan tersebut lebih besar dosanya, dan Alloh juga menjadikan amal shalih yang dikerjakan didalamnya lebih besar pahalanya. Syu’abul Iman 5/340.

  1. Penjelasan ulama tentang penyebab keharaman bulan Muharram.

Al Imam Ibnu Katsir menjelaskan penyebab keharaman bulan-bulan tersebut dalam tafsirnya Tafsir Al Quran Al Adhim :

وَإِنَّمَاكَانَتِالأَشْهُرُالْمُحَرَّمَةُأَرْبَعَةٌ،ثَلَاثَةٌسَرْدٌوَوَاحِدٌفَرْدٌ؛لِأَجْلِأَدَاءِمَنَاسِكِالْحَجِّوَالْعُمْرَةِ،فَحَرُمَقَبْلَشَهْرِالْحَجِّشَهْرٌ،وَهُوَذُوالْقَعْدَةِ؛لِأَنَّهُمْيَقْعُدُونَفِيهِعَنِالْقِتَالِ،وحُرِّمشَهْرُذِيالْحِجَّةِلِأَنَّهُمْيُوقِعُونَفِيهِالْحَجَّوَيَشْتَغِلُونَفِيهِبِأَدَاءِالْمَنَاسِكِ،وَحَرُمَبَعْدَهُشَهْرٌآخَرُ،وَهُوَالْمُحَرَّمُ؛لِيَرْجِعُوافِيهِإِلَىنَائِيأَقْصَىبِلَادِهِمْآمِنِينَ،وَحَرُمَرَجَبُفِيوَسَطِالْحَوْلِ،لِأَجْلِزِيَارَةِالْبَيْتِوَالِاعْتِمَارِبِهِ،لِمَنْيَقْدُمُإِلَيْهِمِنْأَقْصَىجَزِيرَةِالْعَرَبِ،فَيَزُورُهُثُمَّيَعُودُإِلَىوَطَنِهِفِيهِآمِنًا. تفسير ابن كثير 4/148.

Artinya : “ Dan sesungguhnya empat bulan yang haram, tiga diantaranya berturut-turut, dan satu bulan bersendiri, dikarenakan adanya pelaksanaan manasik Haji dan Umrah, maka Alloh mengharamkan satu bulan sebelum bulan haji yaitu bulan Dzulqo’dah dimana kaum muslimin duduk/berhenti dari berperang, dan haramnya bulan Dzulhijjah karena kaum muslimin tengah melakukan manasik Haji, dan satu bulan haram setelah pelaksanaan haji yaitu bulan Muharram agar kaum muslimin kembali ke negeri mereka dalam keadaan aman.

Dan keharaman bulan Rajab yang berada pada pertengahan tahun karena untuk ziarah ke Baitul Haram dan pelaksanaan Umrah, bagi yang melaksanakannya bisa datang dan pulang dalam keadaan aman.” Tafsir Ibnu Katsir 4/148.

Agungnya kehormatan bulan-bulan tersebut berkaitan dengan agungnya peribadahan yang dikerjakan manusia pada waktu tersebut.

  1. Puasa tanggal 10 Muharram menghapuskan dosa satu tahun.

Diantara keistimewaan bulan Muharram adalah disyari’atkannya puasa pada tanggal ke-10 atau disebut dengan hari ‘Asyura, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab sahihnya, dari Abi Qotadah Al Anshori bahwasannya Rosulullah ditanya mengenai puasa hari Arafah dan hari Asyura :

وَسُئِلَعَنْصَومِيَوْمعَرَفَةَ؟فَقَالَ: «يُكَفِّرُالسَنَةَالْمَاضِيَةَوَالبَاقِيَةَ»قَالَ: وَسُئِلَعَنْصَوْمِيَوْمَعَاشُورَاء؟فَقَالَ: «يُكَفِّرُالسَّنةََالْمَاضِيَةَ». رواه مسلم.

Artinya : dan Rosulullah ditanya tentang hari Arafah, maka Rosulullah menjawab : “ ( Puasa hari Arafah ) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang “, dan beliau ditanya tentang puasa hari Asyura, maka Rosulullah menjawab : “ ( Puasa hari Asyura ) Menghapuskan dosa satu tahun yg telah lewat “. HR Muslim.

Untuk menyelisihi ahlul kitab dimana mereka juga berpuasa pada hari Asyura maka Rosulullah menginginkan agar mulai berpuasa pada tanggal ke-9 Muharram, disebutkan dalam Sahih Muslim dari Abdullah bin Abbas radhiyallohu ‘anhu :

سَمِعْتُ عَبْدَاللهِبْنَعَبَّاسٍرَضِيَاللهُعَنْهُمَا،يَقُولُ: حِيْنَصَامَرَسُولُاللهِصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَوْمَعَاشُورَاءوَأَمَرَبِصِيَامِهِقَالُوا: يَارَسُولَاللهِإِنَّهُيَوْمٌتَعَظَّمَهَاليَهُودُوَالنَّصَارَىفَقَالَرَسُولُاللهِصَلَّىاللهُعَلَيهِوَسَلَّمَ: «فَإِذَاكَانَالعَامَالْمُقْبِلُإِنْشَاءَاللهُصُمْنَاالْيَوْمَالتَّاسِعَ»قَالَ: فَلَمْيَأْتِالعَامُالْمُقْبِلُ،حَتىَّتُوُفِّيَرَسُولُاللهِصَلَّىاللهُعَلَيهِوَسَلَّمَ.

Artinya : Aku (Abu Ghathfaan) mendengar Abdullah bin Abbas semoga Alloh meridhai keduanya berkata : “Ketika Rosulullah shallallohu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan ummatnya untuk berpuasa pada hari itu, para sahabat berkata : “ ya Rasulalloh, sesungguhnya hari itu juga diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani“, maka Rosulullah shallallohu ‘alaihi wasallam menjawab : “Kalau demikian, insya Alloh di tahun yang akan datang kita akan mulai berpuasa pada hari ke sembilannya” , namun Rosulullah telah wafat sebelum sampai pada hari Asyura pada tahun berikutnya. HR Muslim.

  1. Tanggal 10 Muharram adalah hari diselamatkannya Bani Israil.

Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas dalam Sahihnya :

عَنْابْنِعَبّاسٍرَضِيَاللهُعَنْهُمَا،قَالَ: قَدِمَالنبيصلىاللهعليهوسَلّمَالمدِينَةَفَرَأَىاليَهُودَتَصُومُيَوْمَعَاشُورَاء،فَقَالَ: «مَاهَذَا؟»،قَالُوا: هَذَايَوْمٌصَالِحٌهَذَايَوْمٌنَجَّىاللهُبَنِيإِسْرَائيلَمِنْعَدُوِّهِمْ،فَصَامَهُمُوسَى،قَالَ: «فَأَنَاأَحَقُّبِمُوسَىمِنْكُمْ»،فَصَامَهَ،وَأَمَرَبِصِيَامِهِ. رواه البخاري رقم 2004, 3/44

Artinya : Dari Ibnu Abbas semoga Alloh meridhai keduanya, berkata : “ Rosulullah datang ke kota madinah dan melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura, maka Rosulullah bertanya : “ Apa yang kalian lakukan ini ?”, mereka menjawab : “ Ini adalah hari yang shalih, pada hari inilah dahulu Alloh menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Nabi Musa berpuasa pada hari itu”, Rosulullah berkata : “ Maka aku lebih berhak mengikuti Musa dari kalian“, Maka Rosulullah dan memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu“. HR Bukhari.

*****
Penulis : Ustadz Abdullah (Pengajar Ma’had Imam Bukhori)

Artikel www.KajianSolo.com